Senin, 11 Agustus 2014

Awas, Serangan Balik!



Oleh: Alja Yusnadi


Fhoto: Int
Usai shalat magrib disebuah senja bulan agustus, saya menonton televisi, ada pertandingan sepakbola antara Timnas Indonesia Umur 19 tahun melawan Brunei Darussalam dalam kompetisi Hasanal Bolkiah. Bolkiah adalah Sultan Brunai, jadi ini memperebutkan piala Sultan.


Dalam laga tersebut, pertandingan berjalan menoton. Tidak asik bagi saya yang tidak terlalu hobi bola, saya yakin penonton lain juga sama. Secara kemampuan, pemain indonesia terlihat menguasai bola hampir sepanjang masa pertandingan.

Bola satu-dua, mengalir dari kaki ke kaki pemain Indonesia. Eva Dimas, Maldini Pali, Okto Sitanggang, Zulfiandi, Ilham Udin, mereka berganti-gantian. Anak-anak indonesia berhasil mengepung pemain Brunai di daerah pertahan mereka sendiri.

Celakanya, permainan apik tersebut tidak diikuti dengan hasil. Pemain Brunai yang sedari menit awal digempur, sesekali mampu melakukan serangan balik. Pada babak pertama, saya hanya mencatat tiga kali melakukan serangan balik, dengan hanya menyisakan satu pemain di depan.

Penyerang tersebut adalah Adi Said, dengan postur tubuh yang memadai, pemain ini mampu mencetak hatrik pada pertandingan yang menyakitkan bagi timnas Indonesia tersebut. Pada babak ke II, pemain indonesia mencoba untuk membongkar pertahanan, lewat kaki Ilham Udin, indonesia mampu mencuri satu gol.

Bak kata pengamat bola, sepakbola susah ditebak. Bola itu bulat. Pertandingan ini adalah salah satu contohnya. Sulit sekali saya percaya, indonesia kalah melawan Brunai. Apalagi timnas U19 telah melakukan beberapa tur uji coba, mulai melawan klub amatiran, hingga klub profresional. Tapi sekali lagi, semua kemungkinan bisa terjadi.

Sebagai tuan rumah, pelatih Brunai menggunakan segala taktik, termasuk “memarkir bus” ala mourinho, sebuah teknik yang membuat bosan pecinta sepakbola. Tapi, lagi-lagi dalam sepakbola itu tidak dihitung indahnya permainan, tapi hasil akhir. Karena orang akan bertanya, siapa menang? Bukan siapa indah bermain?. Timnas U19 “dihancurkan” oleh serangan balik, skema yang membosankan itu.

Ada bagusnya. Situasi ini bisa menjadi gambaran bagi sang pelatih, Indra Syafrie bersama tim. Mereka harus belajar untuk menghadapi teknik parkir bus sembarangan oleh tim lawan. Karena sebuah pertandingan sesungguhnya akan berlangsung beberapa bulan lagi, AFC Cup. Kompetisi ini bisa menjadi titik balik bagi sepak bola indonesia yang sudah terlalu lama karam.
Serangan balik ini tidak hanya terjadi di sepakbola. Dikehidupan lain, begitu banyak serangan balik. Kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi serangan balik ini yang bisa saja menyerang pengusaha, politisi, agamawan, atau kita sebagai manusia.

Beberapa pengusaha di Banda Aceh yang tergolong sukses porak-poranda ketika Tsunami. Politisi sukses diuji uang, perempuan dan jabatan. Agamawan dihadapkan pada ujian yang hampir sama dengan politisi, beberapa diantara mereka ditemukan menilep uang negara, berdua-an dengan perempuan.

Begitulah, selalu ada ujian yang diluar kehendak kita. Jika pada pertandingan yang saya saksikan itu Indonesia mampu memperkecil kekalahan akibat serang balik itu, apakah kita mampu bangkit untuk bertahan bahkan menyerang jika mendapat situasi yang sama?. Sila dijawab masing-masing. Yang penting, siapkan diri untuk menghadapi serangan balik. Betapa bahayanya strategi itu. Awas, Serangan Balik!!.[]

Kuta Radja, 11 Agustus 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar