Jumat, 16 September 2011

Historikal Sindrom


Historikal Sindrom
(catatang ringan, diakhir petang)
Barang kali, dalam memulai suatu yang baru dan menatap masa depan yang nanar, banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Sering, dalam berbagai forum, baik itu didunia nyata maupun dunia maya, narasumber mendikhotomi antara laki-laki dan perempuan. Ya, dalam menentukan pasangan, biasanya laki-laki memasukkan point “masa lalu” calon pasangannya dalam salah satu faktor yang akan mempengaruhi keputusannya, bahkan persentasenya sangat besar, melebihi kadar kecantikan, kekayaan, barangkali berimbang dengan kadar kesetiaan. Sementara perempuan?nampaknya lebih cenderung mempertimbangkan masa depan calon pasangannya.

Apakah penuturan demikian masih berlaku dijaman yang serba edan ini?, hanya sebagian kecil saja yang tidak memberlakukan “rumus” itu. Walau tidak melalui riset resmi, dari beberapa responden yang coba saya tanyakan, dalam skala kecil mereka jam’ah warung kopi, beberapa teman perempuan yang berjilbab besar, teman perempuan yang doyan keluar malam. Kenapa bisa demikian? 

Umumnya perempuan dalam mengarungi bahtera rumah tangga kedepan mencari pasangan yang dapat membuatnya nyaman ; luar dan dalam. Nyaman luar bisa berupa fisik, materi, dan segala yang dapat diraba. Kenyamanan dalam berupa kepuasaan bathiniah. Dapat berupa kepuasaan seksual, kenyaman hati, dan segala semacam yang tidak harus diraba dan dibicarakan.

Banyak contoh kiranya yang dapat menjadi maklumat untuk memahami persoalan ini, perempuan yang secara fisik sudah mapan rela menerima laki-laki yang secara fisik dan masa lalu bermasalah, namun mapan secara ekonomi. Atau perempuan yang sudah mapan secara ekonomi bahkan glamour meninggalkan pasangan resminya sekedar untuk berselingkuh dengan asisten, manejer, bahkan sopirnya sekalian.

Laki-laki, dalam menentukan pasangan lebih banyak mempertimbangkan aspek masa lalu, terlebih bagi penganut ketimuran yang masih mensakralkan keperawanan. Kenapa demikian?pendapat ini tidak mewakili laki-laki secara keseluruhan dan tidak pula hasil riset atau pendekatan kepustakaan yang mapan.
Mecoba menerka dan menyesuaikan dengan fikiran, ya, fikiran yang independent, tidak berpihak ketimur atau kebarat.......Akan disambung pada petang-petang berikutnya!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar