Alja Yusnadi, S.TP.,M.Si
“Berdaulat
dibidang politik, Berdikari dibidang ekonomi, Berkepribadian secara budaya” Tri
Sakti Bung Karno.
Rempah
pernah menempatkan Nusantara sebagai daerah penting dalam jalur perdagangan
dunia. Negeri yang terdiri dari kurang lebih tujuh belas ribu pulau itu
menghasilkan berbagai ragam tumbu-tumbuhan yang memiliki wangi yang khas, sebut
saja seperti Pala, Nilam, Cengkeh, Sereh, Gaharu, Merica, Barus,Lada. Dan,
masih banyak lagi, setiap daerah memiliki rempah yang berbeda.
Posisi geopolitik nusantara yang
sangat strategis, dengan kofigurasi kepulauan yang memiliki ribuan selat
digunakan untuk banyak pelayaran dan perdagangan, menjadikan Nusantara sebagai
makro kosmos.
Banyak
negara mengincar rempah Nusantara. Oleh karena itu pula, atas kehendak ingin
menguasasi, membuat Portugis, Belanda dengan persekutuan dagangnya-VOC, Jepang,
tidak hanya melakukan dagang, namun menggunakan senjata untuk menguasai rempah
nusantara.
Singkatnya,
Nusantara, yang pada kemudian hari disebut Indonesia pernah menjadi salah satu
negara yang diperebutkan dunia karena memiliki hasil alam yang melimpah.
Puluhan,
bahkan seratusan tahun berselang, kini asa memperkuat Indonesia melalui jalur
rempah kembali disuarakan. Adalah PDI Perjuangan. Sebagai partai politik
pemenang pemilu 2014 dan 2019, Partai yang pada Kongres 2019 lalu menasbihkan
diri sebagai partai pelopor, berinisiatif mengembalikan rempah kepada jalur
kejayaannya.
Untuk
membahas itu, pada rapat kerja nasional I tahun 2020, PDI Perjuangan mengangkat
tema : Solid Bergerak Mewujudkan Indonesia Negara Industri Berbasis Riset dan
Inovasi Masional. Dan Sub Tema: Strategi Jalur Rempah Dalam Lima Prioritas
Industri Nasional Untuk Mewujudkan Indonesia Berdikari.
Biasanya,
partai politik menempatkan issu politik electoral pada setiap Raker. Kali ini,
partai yang dinahkodai Hj. Megawati Sokarno Putri ini menempatkan Jalur Rempah
sebagai agenda penting yang dibahas pada ajang tahunan partai.
Memaknai Spirit Jalur Rempah
Jalur
rempah tidak hanya ihwal perdagangan rempah-rempah, lebih jauh dari itu, Jalur
Rempah adalah semacam ikon untuk menempatkan Indonesia sebagai pusat perdagangan
dunia.
Semangat
ini tentu bisa saja berlebihan jika melihat dominasi China dan Amerika dalam
pertempuran dagang belakangan ini. Sebagai sebuah semangat, cita-cita, Jalur
Rempah harus menjadi wacana yang secara terus menerus harus dimatangkan dan diimplementasikan
dalam kebijakan.
Setidaknya,
ada Empat sektor utama berbasis spirit jalur rempah. Pertama, Black
Gold. Komoditas Hasil Tambang dan mineral yang berada di daerah
tersebut dan memiliki nilai ekonomi tinggi dan diminati oleh daerah atau bangsa
bangsa lain, seperti batu bara, minyak bumi, batu mulia, logam-logam, dan
komoditas sejenis.
Sejalan
dengan itu, pemerintah Indonesia telah mewacanakan untuk menghentikan eksport
bahan mentah nikel. Untuk selanjutnya Indonesia menjadi peng-eksport bahan
utama pembuat baterai. Untuk mewujudkan Jalur Rempah, pemerintah juga harus
memikirkan untuk tidak meng-eksoprt bahan mentah selain Nikel, paling tidak
menjadi setengah jadi.
Kedua,
Green
Golds. Komoditas hasil perkebunan dan hutan yang berada didaerah
tersebut dan memiliki nilai ekonomi tinggi seperti kayu olahan, kelapa sawit,
karet, Pala, Nilam, produk tumbuhan/flora yang diminati di pasar
nasional/internasional.
Saat
ini, Indonesia menjadi salah satu negara eksportir minyak kelapa sawit, beberapa
waktu terakhir, hubungan Indonesia dengan Uni Eropa sebagai negara importir
agak memanas. Indonesia harus berbenah, dengan bantuan teknologi, Indonesia
harus mampu memikirkan produk turunan dari kelapa sawit, jika itu terjadi,
ketergantungan kepada negara lain agak berkurang.
Begitu
juga dengan Kelapa, dalam sebuah kesempatan, presiden Jokowi pernah mengatakan,
sekarang, Indonesia melalui peneliti dalam negeri sedang mengembangkan
penelitian, minyak kelapa menjadi Avtur.
Ketiga,
Blue
Gold. Komoditas yang berbasis perairan/maritime, baik yang
dibudidayakan maupun yang ditangkap yang berasal dari daerah tersebut dan
memiliki nilai ekonomi tinggi dan diminati pasar nasional/internasional.
Sebagai
negara kepulauan, yang perbandingan luas perairan dengan daratan tujuh banding
tiga, tentu Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat
menjanjikan. Dengan kehadiran Tol Laut sebagaimana digagas oleh presiden Jokowi
dapat menghubungkan antar pulau diharapkan dapat menekan biaya transportasi yang
memobilisasi hasil laut.
Keempat,
Pariwisata.
Produk atau jasa berbasis keunggulan alam, nilai budaya/adat-istiadat, warisan
masa lalu yang dapat dikemas menjadi industri pariwisata, termasuk didalamnya
adalah kuliner, seni-budaya dan kriya. Kekayaan lain yang dimiliki Indonesia
selain sumberdaya alam adalah pariwisata. Mulai keindahan panorama alam,
seni-budaya, hingga kuliner.
Keempat
spirit jalur rempah tersebut harus menjadi focus pembangunan Indonesia kedepan.
Jalur rempah tidak hanya menjadi tagline,
lebih dalam lagi, harus mampu diartikulasi dalam postur APBN dan APBD, harus
masuk kedalam semesta berencana atau perencanaan jangka panjang.
Politik
luar negeri yang bebas aktif harus mampu mengambil peran strategis, bagaimana
kedepan, Indonesia tumbuh menjadi salah satu raksasa dalam perdagangan dunia.
Jangan tenggelam ditengah pertempuran dagang China dan Amerika. ndonesia
melalui Jalur Rempah-nya harus mampu berdikari, berdiri diatas kaki sendiri,
sebagaimana harapan Bung Karno.
Tulisan ini telah muat di :
https://anteroaceh.com/news/jalur-rempah-upaya-menuju-indonesia-berdikari/index.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar