Oleh : Alja Yusnadi
Berita itu kian merebak. Bergerak meresahkan masyarakat. Dimulai beberapa bulan yang lalu, memuncak sampai diberitakan oleh Serambi Indonesia, edisi 13 Desember. Penculikan anak-anak. Begitu berita disebar. Sebenarnya, ini bukan kisah baru. sejak saya kecil, issue ini sudah pernah dihembuskan. Berbagai istilah disematkan ; makrante, jogak, dua istilah itu beredar di masyarakat sekitar kluet dan Pulau Banyak.
Modus operandinya banyak. Ada yang mengatakan kepala anak-anak untuk memperkokoh pembangunan jembatan, diambil organ-oragan tubuhnya. Menariknya, dari sekian banyak kasus yang dihembus, belum ada satupun yang berhasil diungkap.
Bagi para orang tua, issue penculikan anak-anak ini sangat meresahkan. membayangkan, jika darah dagingnya yang sedang indah dipandang mata menemui ajal ditangan makrante atau jogak. Tragis dan sadis!. Makanya, reaksi atas mereka yang dicurigai sebagai Makrante dan jogak sangat berlebihan.
Dua orang perempuan yang sedang mengamati anak sekolah, dianggap mencurigakan, diamuk massa sampai babak belur, bahkan hingga kritis (serambi edisi minggu, 12 Desember). Satu hari berselang, peristiwa serupa kembali berulang. Kali ini yang menjadi sasaran amuk massa adalah pria penjual sayur (serambi, edisi senin, 13 Desember).
Amuk massa tersebut mencerminkan sikap was-was dan ketakutan warga. Kabar ini merebak melalui pesan singkat. Sebelum kedua peristiwa tersebut terjadi, didaerah yang berbeda, beberapa orang Sales yang mencurigakan juga diamankan warga. Menariknya, peristiwa ini merambah nyaris kesetiap pelosok. Mulai pantai barat-selatan, hingga pesisir timur-utara.
Entah siapa yang memulai, pesan ini nyaris masuk kesemua telepon genggam., berantai. Sejauh ini, pihak terkait (kepolisian) belum mampu mengungkap kabar misteri ini. Ibarat Strom, tidak kelihatan, tapi gejalanya menyengat, mengusik ketenangan, mengganggu kedamaian masyarakat. Pun demikian, belum tersiar kabar, keluarga korban mengadukan perkara anak hilang, ini menambah kecurigaan, pasti ada dalang?, bukan kebetulan, nampaknya digerakkan.
Jika kita cermati, menggunakan dua sisi. Gencarnya issue penculikan, pemukulan terhadap seseorang yang dianggap mencurigakan, tidak dikuti dengan banyaknya berkas pengaduan. Situasi memungkinkan untuk menganalisa selanjutnya, ada apa sebenarnya dibalik issue ini?
Mari kita telanjangi!. Agaknya, jika pun ada kemungkinan penculikan, ini masuk ke traficing. Gejalanya, anak-anak diculik, dibawa keluar daerah, dijual atau dijadikan peliharaan untuk menghasilkan uang. Banyak beredar kabar, selama ini anak-anak diambil organnya, mayatnya dibiarkan. Beberapa waktu lalu, dikabarkan, didaerah asal saya di selatan, ada kejadian serupa. Mak Rante berhasil memangsa beberapa anak, setelah saya cek, rupanya tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan dengan terang.
Kemungkinan lain dari maraknya issue ini?. Situasi Politik di Aceh akhir-akhir ini memanas. Suhunya mencapai konstalasi tertinggi. Tidak sampai setahun lagi, aceh kembali menggelar pemilihan kepala daerah, gubernur salah satunya. Banyak pihak berkepentingan. Mengamankan jabatan, dan mencari kekuasaan. Itu adalah konsekwensi logis bagi mereka yang haus dan lapar.
Apa hubungan politik dengan Mak Rante?. Mak Rante hanya dijadikan Maop, sesuatu yang diterejemahkan dengan sangat seram, sementara dia itu absurd, tidak jelas, hanya dapat didefenisikan dengan kata, tidak perawakan. Penyemburan issue ini secara srimultan akan mempengaruhi perhatian masyarakat, mengusik ketenangan, menyulut pertikaian horizontal. Apakah kabar ini tersiar tunggal?pasti ada penyebar.
Dengan menggunakan pendekatan beberapa kemungkinan, coba perhatikan, dimulai sejak orde baru, ketika negeri ini hendak menggelar hajatan politik, ada-ada saja peristiwa aneh dan ganjil. Mak Rante adalah salah satunya. Menjamurnya berbagai pedagang keliling, yang menjajakan makanan, alat rumah tangga, sampai kepelosok desa. Sekali waktu, seorang tukang bakso kecolongan. Hendak mebuka laci, keburu terlihat seonggok besi tua. Penyamaran terbongkar. Sekali lagi, ini dugaan. Sebagai daerah bekas konflik. Kita dapat belajar banyak dari pengalaman.
Jika ingin menduga lebih jauh, aktor yang menggerakan pesan yang berantai, dapat dikaitkan dengan rencana kesuksesan para intelejen. Berbagai cara digerakkan, jika di Jakarta disibukkan dengan politik pencitraan, di Aceh ada Mak Rante.
Begitulah, dimanika politik terus digerakkan, sesekali keluar dari rel dan menjauh dari porosnya. Hingga pada masanya, semua kembali kodrati. Sekarang muncul lagi issue macam-macam ; aliran sesat, uang palsu, dukun beranak.
Namun, dibalik itu semua, 68 Milyar Rupiah dana APBA tidak ada pertanggung jawaban untuk Kepala Pemrintahan Aceh, 5 Milyar perorang dana aspirasi untuk 69 orang Anggota DPRA, APBA 2011 yang belum disahkan, proyek terlantar, Bank Aceh yang tidak memberi jaminan kepada petani.
Semua itu disembunyikan dibalik selangkangan yg kotor, dianggap privasi, padahal menyangkut dengan dana publik. Sibuk mengurusi persoalan ketek-bengek. Bumi terus berputar, bergerak pada jalur yang telah ditetapkan, sehingga tidak akan beradu dengan planet lain. Mari Menyebut Asma Allah, dan sisanya mari tersenyum saja..***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar