![]() |
Ilustrasi (Int) |
Oleh: Alja Yusnadi
Dalam
dua hari terkahir ini, penyebaran pandemic Corona tidak hanya membuat
masyarakat awam panic dan was-was. Pemerintah pun nampak kelimpungan. Termasuk
juru bicara (jubir) yang ditunjuk khusus oleh pemerintah, baik tingkat pusat,
maupun daerah.
Tugas
sang jubir adalah, mewakili pemerintah untuk menyampaikan informasi atau
perkembangan terkini terkait virus Corona kepada media dan masyarakat. Jadilah,
presiden menunjuk Achmad Yurianto sebagai jubir pemerintah untuk Cofid-19.
Harusnya,
perwira militer yang juga seorang dokter tersebut dalam memberikan pernyataan
mampu memberikan ketenangan kepada masyarakat ditengah paniknya issue Corona
ini.
Namun,
dalam pernyataan yang disampaikan hari Jumat (27/3) lalu, pejabat kementrian
kesehatan ini dinilai blunder, "Kemudian yang kaya melindungi
yang miskin agar bisa hidup dengan wajar dan yang miskin melindungi yang kaya
agar tidak menularkan penyakitnya. Ini menjadi kerja sama yang penting,"
ujar Yuri.
Pemilihan kata ini banyak di kritik,
karena membetuk dinding pembatas antara sikaya dan simiskin. Seolah-olah yang
menyebarkan virus adalah simiskin. Padahal, dalam perjalanannya, Corona tidak
memandang status social, agama, suku, negara. Mulai dari kepala pemerintahan,
bupati, walikota, anggota DPR, Menteri, pemuka agama, rakyat biasa, semua sudah
menjadi korban, bahkan tenaga medis sekalipun.
Dalam situasi serba krisis seperti
ini, seharusnya pejabat publik harus mampu memberi harapan kepada masyarakat melalui
pernyataan-pernyatannya.
Setali tiga uang, jurubicara
Pemerintah Aceh tentang Cofid-19, Saifullah Abdul Gani juga membuat Blunder, sebelumnya, SAG, begitu dia disapa
merupakan juru bicara Pemerintah Aceh, latar belakang akademisinya adalah
Magister Kesehatan.
"Pemerintah Aceh telah
mempersiapkan tanah untuk kuburan korban virus corona," begitulah
penggalan kalimat yang diucapkan SAG saat
live konferensi pers, Sabtu, (28/3) malam.
Pernyataan
SAG tersebut langsung direspon negative oleh masyarakat, terutama pengguna
media social. Diberbagai platform media social, pernyataan SAG itu dianggap
menyesatkan dan meresahkan publik.
Memang,
kalau kita membaca atau mendengar penggalam kalimat tersebut, darah berasa
naik, dan langsung pitam. Bagaimana tidak, ditengah ancaman Ta’eun ini, ibarat
strom listrik, tidak tampak, tapi jika ujung tali tersentuh, arusnya langsung
berpindah.
Yang
kita harapkan dari pemerintah adalah kebijakan yang dapat memutus rantai
penyebaran. Sudah sangat banyak masukan terhadap itu, dan saya dalam kolom yang
lain telah ikut memberi masukan.
Dalam
situasi darurat, seharusnya mereka yang memiliki ilmu, kebijakan, harus
memberikan harapan kepada masyarakat, jangan menambah keterputusasaan.
Tidak
berselang lama, kedua Jubir itupun memberikan klarifikasi atas ucapannya. Yuri,
menyebutkan vidionya sengaja dipotong dan disebar pada bagian itu saja (sikaya
dan simiskin), padahal ada panjang vidionya.
Yuri
mempertegas, yang dia maksud adalah saling membantu, “ada banyak kasus yang
saya temui, orang terpaksa harus keluar rumah untuk mecari nafkah, seperti ojek
oline, padahal mereka juga takut keluar, nah, disinilah kita harapkan yang kaya
memberikan sumbangsih kepada yang miskin” begitu pembelaan Yuri.
SAG,
tidak sampai 24 jam langsung meminta maaf atas ucapannya soal lahan kuburan
masal telah beredar dan viral.
“Saya meminta maaf kepada seluruh
masyarakat Aceh dan publik nasional atas penyataan yang kurang tepat,” katanya
SAG dalam pernyataan tertulisnya, Minggu (29/3/2020)
menurut SAG, yang dia maksud adalah,
pemerintah Aceh telah menyediakan tanah pemakaman sebagaimana yang diminta oleh
manajemen Rumah Sakit Umum Zainal Abidin.
Bahkan menurut SAG, lahan tersebut
sudah ada sejak tahun 2007, namun sekarang baru dilakukan pembersihan.
Begitulah, kedua Jubir itu memberikan klarifikasi.
Mungkin, apa yang dimaksudkan oleh
SAG ada benarnya. Namun, didalam situasi krisis seperti sekarang ini, jubir
harus sangat hati-hati dalam memilih diksi yang akan digunakan.
Masyarakat sudah cukup sekarat,
disatu sisi memikirkan bagaimana supaya tidak tertular virus, disisi lain
kebutuhan ekonomi juga tidak bisa diabaikan. Seharusnya pemerintah hadir untuk
memberikan solusi, bukan malah menambah kepanikan dengan mengumumkan kuburan
masal!
Tulisan ini pernah tayang di:
Tulisan ini pernah tayang di:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar