Oleh : Alja Yusnadi
Penyebaran
Virus Corona belum bisa dibendung. Obatnya belum ditemukan. Hampir tidak ada
negara yang terbebas dari penyebaran Viruc Covid-19 ini, tidak terkecuali
Indonesia. Sampai saat ini, Jumat (20/3/2020) pendemi Corona sudah menyebar
hingga ke 178 negara di dunia.
Data terbaru yang
diperoleh dari thewuhanvirus.com, sebanyak 242.344 orang, terinfeksi,
9.994 orang meninggal dunia, dan 86.714 dinyatakan sembuh. Di Indonesia, hingga
Kamis (19/3/2020), sebanyak 309 orang dinyatakan terinfeksi, 25 diantaranya meninggal
dunia. Tentu data itu yang terekam ya, yang mendapat perawatan.
Tentu ancaman
virus ini tidak bisa dianggap enteng, tanpa memandang agama, suku, ras,
teritorial dan status social. Dari negara komunis, negara liberal, hingga
negara berbasis agama tidak lepas dari ancaman virus ini.
Sudah beberapa petinggi negara terkena, di Indonesia, paling tidak yang sudah open status ada 1 orang menteri dan 1 orang walikota.
Sudah beberapa petinggi negara terkena, di Indonesia, paling tidak yang sudah open status ada 1 orang menteri dan 1 orang walikota.
Sudah banyak himbauan
dari pejabat berwenang, mulai dari WHO, kementrian kesehatan, hingga pemerintah
daerah. Masing-masing punya peran. Yang awam diminta tetap tinggal dirumah,
sering-sering mencuci tangan, dan jaga kesehatan.
Sikap berdiam
diri di rumah tentu membawa deretan efek lainnya, dan kita berharap pemerintah
dapat memberikan solusi. Sebagai langkah antisipasi, pemerintah secara
berjenjang; pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
harus bergotong-royong menanggulangi beberapa hal penting.
Diantaranya
adalah menyediakan masker yang dibagikan gratis kepada masyarakat. Kita tidak
bisa menyerahkan sepenuhnya tanggungjawab penanggulangan corona kepada pemerintah
pusat. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat melakukan kebijakan ini
secara mandiri.
Jika persediaan
dipasaran langka, pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi setempat
yang memiliki keahlian ini. Selanjutnya, pemerintah daerah juga harus
membagikan hand sanitizier gratis kepada masyarakat, karena selain masker,
bahan ini juga mulai langka di pasaran.
Sebenarnya, untuk
hand sanitizier ini beberapa perguruan tinggi sudah memulainya, sebut saja
Universitas Indonesia yang membagikan gratis melalui Fakultas Kedokteran,
Salemba. Unsyiah di Banda Aceh melalui salah satu lembaga riset nya juga sudah
menyediakan hand sanitizer, hanya saja mereka menjualnya.
Pemerintah daerah
dapat menjalin kerjasama dengan perguruan
tinggi untuk mencari solusi ditengah situasi krisis seperti ini. Apalagi,
mendagri sudah memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk merevisi
APBD demi keperluan pencegahan virus mematikan ini, jadi tidak harus
menggerogoti aspirasi.
Pemerintah kota
Surabaya sudah memulainya. Ada beberapa kebijakan walikota yang membangun
sinergisasi dengan perguruan tinggi, diantaranya adalah kerjasama dengan Rumah
Sakit Universitas Airlangga (RSUA). Dalam kerjasama itu, RSUA siap menampung
masyarakat kota Surabaya yang terindikasi gejala Corona dan biaya ditanggung
pemerintah kota.
Selanjutnya,
pemko Surabaya juga melakukan kerjasama dengan Institut Teknologi Telkom untuk
membuat bilik sterilisasi agar virus corona tidak meluas penyebarannya. Alat ini
dibuat untuk mensterilkan setiap orang yang ingin masuk ke ruang publik,
seperti rumah sakit, tempat keramaian, maupun menuju kantor-kantor pemerintah.
Setiap orang yang memasuki bilik ini akan disemprotkan
cairan disinfektan melalui blower yang ada didalam bilik, sehingga jika ada
kuman atau virus yang menempel di tubuh maupun pakaian bisa kembali steril. Selain
itu, pemko Surabaya juga sudah menyediakan alat untuk mencucui tangan dan hand
sanitizer setiap titik yang ada fasilitas public.
Pemerintah daerah harus segera berbuat. Selain hal diatas
tadi, pemda juga sudah harus berfikir untuk mempersiapkan Rumah Sakit atau
cadangan Rumah Sakit untuk menampung pasien Corona, baik untuk pamantuan,
suspect maupun yang sudah positif.
Jika merujuk kepada Rumah Sakit rujukan yang ditetapkan
pemerintah tentu tidak cukup. Sebut saja misalnya di Aceh hanya dua Rumas
Sakit, Rumah Sakit Zainal Abidin di Banda Aceh dan Rumah Sakit Cut Mutia di
Aceh Utara.
Pemerintah daerah harus melirik beberapa bangunan yang dapat
dijadikan alternative jika pasien membludak, sembari mempersiapkan alat dan
tenaga medis dengan pengetahuan yang cukup.
Beberapa negara yang hari ini hampir lumpuh gegara Corona,
satu minggu atau sepuluh hari sebelumnya tidak memperkiarakan bahwa situasi
bisa separah sekarang ini. Jadi, sebagai langkah antisipasi, pemda tidak salah
jika terus berbuat seuatu untuk penanggulangan corona, sembari terus
berkoordinasi dengan pemerintah atasan.
Pemeritah daerah juga harus menyediakan alat pendeteksi atau
tes corona, baik tes mandiri atau massal. Semakin ramai yang melakukan tes,
semakin baik untuk upaya pencegahan dini.
Selain dari sisi kesehatan, pemerintah daerah juga
berkewajiban memikirkan dampak lain dari penyebaran Corona ini; gangguang
ekonomi dan social.
Menteri Dalam negeri, Tito Carnavian, yang dilansir beberapa
media masa menyebutkan, kebijakan untuk revisi APBD tersebut juga untuk
meningkatkan daya tahan ekonomi masyarakat yang rentan atau masuk ke dalam
kategori belum mampu.
Lalu poin berikutnya ialah agar pemerintah daerah bisa
membantu dunia usaha supaya ekonomi tetap bergerak meskipun wabah Covid-19
tengah menyerang, terutama pada pengusaha UMKM dan pengusaha mikro.
Sebagaimana kita lihat, jika masyarakat bertahan didalam
rumah, bisa dibayangkan bagaimana dengan masyarakat yang ekonomi keluarganya
berasal dari pendapatan harian.
Pemerintah sesuai kewenangan harus mengeluarkan kebijakan.
Misalnya meniadakan atau meringankan pajak UMKM, memberikan subsidi kepada
masyarakat yang membutuhkan, baik melalui Bantuan Langsung Tunai atau Bantuan
Pangan.
Bagi perguruan tinggi, inilah saat yang tepat untuk berbakti
pada negeri untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang salah satunya
adalah pengabdi. Selebihnya, marilah terus berdoa, agar badai virus ini cepat
beralu, sembari mengharap Rahman dan Rahim-Nya.
Tulisan ini sudah pernah dimuat di:
Tulisan ini sudah pernah dimuat di:
PENYEBARAN Virus Corona
belum bisa dibendung. Obatnya belum ditemukan. Hampir tidak ada negara
yang terbebas dari penyebaran Virus Covid-19 ini, tidak terkecuali
Indonesia. Sampai saat ini, Jum’at (20/3/2020) pendemi Corona sudah
menyebar hingga ke 178 negara di dunia.
Data terbaru yang diperoleh dari thewuhanvirus.com, sebanyak 242.344
orang, terinfeksi, 9.994 orang meninggal dunia, dan 86.714 dinyatakan
sembuh. Di Indonesia, hingga Kamis (19/3/2020), sebanyak 309 orang
dinyatakan terinfeksi, 25 diantaranya meninggal dunia. Tentu data itu
yang terekam ya, yang mendapat perawatan.
Salinan ini telah tayang di https://anteroaceh.com/news/mengukur-dampak-corona-menakar-peran-pemerintah-dan-perguruan-tinggi/index.html.
Salinan ini telah tayang di https://anteroaceh.com/news/mengukur-dampak-corona-menakar-peran-pemerintah-dan-perguruan-tinggi/index.html.
PENYEBARAN Virus Corona
belum bisa dibendung. Obatnya belum ditemukan. Hampir tidak ada negara
yang terbebas dari penyebaran Virus Covid-19 ini, tidak terkecuali
Indonesia. Sampai saat ini, Jum’at (20/3/2020) pendemi Corona sudah
menyebar hingga ke 178 negara di dunia.
Data terbaru yang diperoleh dari thewuhanvirus.com, sebanyak 242.344
orang, terinfeksi, 9.994 orang meninggal dunia, dan 86.714 dinyatakan
sembuh. Di Indonesia, hingga Kamis (19/3/2020), sebanyak 309 orang
dinyatakan terinfeksi, 25 diantaranya meninggal dunia. Tentu data itu
yang terekam ya, yang mendapat perawatan.
Salinan ini telah tayang di https://anteroaceh.com/news/mengukur-dampak-corona-menakar-peran-pemerintah-dan-perguruan-tinggi/index.html.
Salinan ini telah tayang di https://anteroaceh.com/news/mengukur-dampak-corona-menakar-peran-pemerintah-dan-perguruan-tinggi/index.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar