Rabu, 09 Maret 2011

Mahasiswa dan Dialaektikanya*


Oleh : Alja Yusnadi**

Dinamika Gerakan Mahasiswa.
Jika kita membuka lembaran sejarah, akan mucul anasir-anasir didalamnya. Salah satu anasir tersebut adalah mahasiswa. Mahasiswa mempunyai peranan penting dalam “menghancurkan” dan membangun Negara, sejarah membuktikan mahasiswa mempunyai peranan dalam meruntuhkan Orde Lama, mahasiswa bertanggung jawab atas Dominasi Militer sejak Orde Baru (Orba) mulai menapakkan kakinya dikancah perpolitikan Indonesia, melalui aksi demonstrasi, akhirnya Mahasiswa angkatan ’66 berhasil menuntut Sokarno mundur dari kursi kepresidenan walupun akhirnya suara mahasiswa dibungkam rezim Orba, karena Soeharto sadar akan peran dan fungsi kaum muda intelektual tersebut.


Waktu terus berlalu, generasi lama di pangkas generasi baru, walau demikian mahasiswa masih menjadi garda terdepan perubahan, puluhan mahasiswa gugur dalam beberapa aksi demonstrasi; Malari, Semanggi, Tanjung Priok, dan beberapa aksi lainnya, baik di sekitar Pulau Jawa maupun di luar itu, tujuannya tidak lain; memperjuangkan nasib rakyat dan “membangunkan” pengemudi negara yang sudah larut dalam gemerlapnya lingkungan istana.

Ketika Soeharto bersama Orde Barunya berkuasa, ruang gerak mahasiswa mulai dibatasi, mulai dari membatasi masa studi, sampai menyeret mereka yang berani berteriak lantang menentang Kebijakan Soeharto dimasukkan ke Penjara tanpa proses hukum yang jelas, alasannya mencemarkan nama baik presiden, akibatnya sampai sekarang masih ada beberapa aktifis mahasiswa yang tidak tahu dimana pusaranya.

Puncaknya, Mei 1998 Soeharto harus merelakan Jabatannya sebagai Presiden dengan masa pemerintahan yang sedang berjalan periode ke-7 lepas, mahasiswa menguasai gedung DPR/MPR,  ribuan intelektual muda turun kejalan meneriakkan dosa-dosa penguasa tersebut, dari berbagai Organisasi Intra dan Ekstra Kampus mahasiswa menyuarakan tuntutannya.
Pasca peristiwa tersebut, dari Orde Baru pemerintahan bergulir menjadi Orde Reformasi, hal ini memperkuat posisi mahasiswa sebagai “penumbang” sebuah rezim, setelah sebelumnya menurunkan Soekarno.

Peran Gerakan Mahasiswa
Pilar Perubahan
Mahasiswa termasuk salah satu kelompok manusia yang berada pada masa paling menguntungkan jika dibadandingkan dengan kelompok yang lain. Kampus menjelma menjadi prototype negara. Kampus mereproduksi intelektual-intektual muda. Dengan segenap kelebihannya, jika dipenuhi dengan kesadaran, banyak hal yang dapat dilakukan mahasiswa. Kampus juga memliki “pemerintahan” sendiri. Menarik lebih spesifik ke dunia mahasiswa, kampus memiliki tatanan pemrintahan ;mulai dari presiden, hingga ke kepala dusun (komting). Seharusnya, susunan formal ini tidak hanya menjadi pelengkap dan penerusan sejarah saja. Banyak hal positif dapat dilahir dari rahim kampus.

Semasa konflik, struktur kelembagaan mahasiswa di Aceh mampu membangun bargainning position dengan penguasa. Gagasan dan komentar petinggi lembaga mahasiswa menjadi “referensi” bagi pengambil kebijakan.

Kaum Intelektual
Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memliki tanggun jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi.

Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan tinggi, yang salah satu point nya adalah Pendidikan, maka sudah barang tentu, sebagai insan kampus, mahasiswa memiliki peran dalam hal pengembangan intelektual, bertindak lebih objektif, dilatarbelakangi oleh kegiatan akademisnya, hal ini juga yang seharusnya menjadikan gerakan mahasiswa sebagai gerakan “free”.

Gerakan (Kontrol) Sosial
Gerakan mahasiswa merupakan bagian dari gerakan sosial yang didefinisikan Nan Lin (1992) sebagai upaya kolektif untuk memajukan atau melawan perubahan dalam sebuah masyarakat atau kelompok. Rudolf Heberle (1968) menyebutkan bahwa gerakan sosial merujuk pada berbagai ragam usaha kolektif untuk mengadakan perubahan tertentu pada lembaga-lembaga sosial atau menciptakan “orde baru”. Bahkan Eric Hoffer (1988) menilai bahwa gerakan sosial bertujuan untuk mengadakan perubahan

Dalam teori Kenegaraan, Montesqeue memilah pemerintahan berdasarkan peran menjadi 3 kelompok utama ; Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. Dalam pelaksanaannya, rupanya ketiga pilar tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana diharapkan. Masih saja ada ketimpangan-ketimpangan dalam mengurus negara.

Ketika tiga (3) kelompok tersebut “macet”, disinilah butuh kekuatan alternatif dalam hal fungsi pengontrolan, dan mahasiswa merupakan kelompok paling strategis untuk mewujudkannya. Sejatinya, mahasiswa masih berada pada situasi “Netral”, masih jauh dari fragmentasi kepentingan pragmatis. 

Pemegang Estafet Bangsa (Iron Stock)
Sebagai generasi muda yang sedang menekuni berbagai disiplin ilmu, mahasiswa menjadi penentu nasib bangsa kedepan. Dalam rentang waktu tertentu, setelah keluar dari rahim kampus, mahasiswa menjadi pemegang tampuk kepemimpinan kedepan. Tidak dapat dipungkiri, sepuluh atau dua puluh tahun lagi, beberapa orang mahasiswa (sekarang) akan menjadi pengambil kebijakan. Saat masih menyandang status mahasiswa, penting kiranya bagi setiap individu untuk dibentuk karakter, sehingga setelah menjadi penentu kebijakan, karakter dan watak akan mempengaruhi gaya kepemimpinan nantinya.

Peran Lembaga Mahasiswa
Sebagai Pribadi, Mahasiswa adalah individu yang sedang  melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka menempuh pendidikan di perguruan  tinggi. Tugas pokok mahasiswa adalah untuk mendapatkan keahlian/ketrampilan  berdasarkan suatu/sejumlah ilmu tertentu.

Sebagai sebuah Entitas/group, mahasiswa adalah  bagian dari unsur masyarakat sipil, yaitu suatu masyarakat yang melingkupi  kehidupan sosial terorganisasi  yang terbuka, sukarela, lahir secara mandiri, otonom  dari negara dan terikat pada tatanan legal atau seperangkat nilai-nilai bersama. Karena  itu ketika kita berbicara tentang mahasiwa maka sebenarnya yang kita bicarakan  adalah tentang  gerakan mahasiswa. Mahasiswa  sebagai suatu gerakan adalah  suatu  kelompok masyarakat yang memiliki karakter kritis, independen,  dan  obyektif.

Impelmentasi dari hal ini diwujudkan dalam karakter gerakannya. Gerakan mahasiswa  biasanya dilakoni oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan di tingkatan kampus  maupun di luar kampus sebagai wujud dari peran mahasiswa ditengah masyarakat.  Gerakan mahasiswa memiliki prinsip sebagai gerakan moral yaitu gerakan mahasiswa  dibangun diatas nilai-nilai ketidakadilan atau kesewenang-wenangan kekuasaan.  Sebagai gerakan moral, mahasiswa melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah  sebagai upaya artikulasi kepentingan masyarakat atau sebagai penyambung lidah rakyat.

Dimana Peran Kelompok Mahasiswa Pertanian?
Sebagai sebuah kelompok yang sedang menekuni disiplin ilmu dibidang pertanian, tentunya lembaga mahasiswa Pertanian (dalam Hal ini adalah Badan Eksekutif Mahasiswa) memiliki tugas dan tanggung jawab untuk turut serta memajukan sektor pertanian (khususnya di Aceh).

Beberapa agenda kegiatan dapat diarahkan untuk merespon issue-issue mengenai pertanian. Misalnya saja, sebagai daerah yang memiliki lahan pertanian yang luas, seharusnya pemerintah dapat mengarahkan sumber daya (manusia dan keuangan) untuk pemajuan sektor pertanian.

Selama ini, berbagai kendala dihadapi oleh petani Aceh yang menggantung hidupnya dari bercocok tanam. Kelangkaan pupuk, tidak terkendalinya harga gabah dan produk pertanian yang lain, mahalnya biaya produksi, kurangnya perhatian pemerintah masih menjadi kendala utama dalam pemajuan sektor pertanian.

Sebagai sebuah lembaga formal di kampus, sudah seharusnya BEM Fakultas Pertanian Periode 2010-2011 selama masa bhaktinya untuk memprioritaskan perhatian pada sektor tersebut. Dalam hal ini, BEM FP dapat mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap pemajuan pertanian di Aceh, dan juga memberikan gagasan-gagasan segar untuk perbaikannya.

Disamping melaksanakan kegiatan yang lebih bersifat “Even Organizer”, BEM FP juga membuat kegiatan yang berkaitan langsung dengan sektor pertanian sebagai ciri khas dan basic legal  kemahasiswanya.




 *) Disampaikan Pada Up-Greading Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Unsyiah, Periode 2010-2011, Senin, 10 Desember 2011, di ruangan Multi Purpose Room, Fakultas pertanian Unsyiah.

**) Penulis adalah Alumnus Fakultas Pertanian 2009. Mantan Ketua DPM FP, Mantan Sekum HIMATETA, Mantan Ketua DPO HAMAS, Mantan Ketua Umum IMP3, dan Mantan Juru Bicara Mahasiswa Peduli Keadilan, sekarang aktif sebagai Kepala Divisi Advokasi Kebijakan di Acehnese Civil Society Task Force (ACSTF).

2 komentar:

  1. Oleh KArena berhubung PLN sudah menjadi Perusahaan Lilin Negara, mari beramai-ramai kita membangun PKS sebanyak2 nya diaceh,
    note: PKS=Perusahaan Kerajinan Serungkeng...
    serungkeng adalah salah satu alat penerangang yg bahan bakarnya menggunakan kerosin atau minyeuk lampu dengan sistem kompresi dapur sembur, dulu diaceh banyka terdapat dimeunasah-meunasah dan drumah2 ureung meupo cucoe ureung na

    BalasHapus