Sabtu, 09 Agustus 2014

Jilboobs, Tutup Atas Cetak Bawah




Oleh: Alja Yusnadi

Entah siapa yang menemukan istilah Jilboobs ini, tapi pada saat pertama sekali saya baca, istilah ini cukup membuat penasaran. JIL merupakan singkatan Jilbab, Boobs dilekatkan pada menonjolkan payudara, lekukan tubuh.


Secara khusus Jilboobs ini merupakan istilah yang disematkan pada perempuan yang memakai jilbab tapi dipadu dengan baju dan/atau celana ketat, sehingga muncullah pemandangan kepala tertutup, dada menonjol, pantat tercetak. Kira-kira defenisi itu saya berikan setelah membaca beberapa artikel terkait Jilboobs.

Ini bukan hal baru, termasuk di aceh, yang notabenenya menerapkan syariat islam. Sejak pertama sekali menginjakkan kaki di Banda Aceh tahun 2004, pemandangan seperti ini sudah biasa kita temui, baik itu di jalan, tempat wisata, pasar, bahkan di kampus. Bahkan, bukan hanya di banda aceh, tapi juga menjalar hingga kepelosok gampong. 

Fungsi awalnya, Jilbab adalah untuk menutup aurat wanita bagian atas. Dengan jilboobs? Kepala memang tertutup, tapi memberikan sensasi pada bagian bawah, nampaknya tertutup, tapi nyatanya samar-samar, antara terbuka dan tertutup. Barangkali, ini tantangan tersendiri bagi laki-laki, apalagi yang lajang dan belum terbiasa. Dengan cara pandang positif, ini tantangan khusus keimanan lelaki lajang.

Para Jilboobers ada yang secara sengaja memadukan jilbab dengan baju dan celana ketat, ada juga yang sekedar mengikuti trend fesyen, tanpa mengetahui dampaknya. Bagi yang sadar, tentunya memiliki bermacam orientasi, bisa jadi sedang ada misi khusus, misalnya sedang mendekati atau mencuri perhatian boy friend, sedang melobi atasan, atau bahkan melobi dosen. 

Bagi yang tidak sengaja, Jilboobers jenis ini biasanya gadis-gadis gampong korban iklan. Mereka tertarik menggunakan paduan pakaian para seleb, tanpa mengetahui efeknya. Mereka secara tulus, tanpa tedeng aling-aling. 

Apasalahnya dengan Jilboobers? Tentunya masing-masing orang memiliki pandangan. Bisa setuju boleh saja tidak. Dalam hal ini saya hanya mencoba capture fenomena sosial. Untuk kepentingan lain, menarik juga misalnya dilanjutkan dengan pertanyaan kritis? Apakah Jilboobs ini linear dengan kejahatan seksual? Pelecehan seksual?. Apakah Jilboobs berhubungan dengan degradasi moral ?.

Tentu masih banyak variannya bagi penikmat dan pemerhati sosial. Barangkali Jilboobs ini menjadi genre tersendiri, perubahan sosial sulit sekali kita bendung, apalagi dengan kekuatan Informasi dan Teknologi. Berbagai informasi tersaji dalam wujud positif dan negatif begitu cepat hingga ke setiap gang.

Bagi saudara, sahabat yang perempuan, terutama yang muda dan masih perawan, pandai-pandailah mengambil kebijakan. Semua keputusan ditangan anda, tapi jangan berikan kenikmatan (mata) gratis kepada lelaki, apalagi yang hidungnya belang. Selanjutnya, terserah kalian, mau jadi Jilboober atau Jilbaber? Selebihnya mari kita banyak-banyak mengingat Tuhan!!.[]

Fhoto : Int
Ladang Teungoh, 08 Agustus 2014.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar