Oleh:
Alja Yusnadi
Secara
khusus Jilboobs ini merupakan istilah yang disematkan pada perempuan yang
memakai jilbab tapi dipadu dengan baju dan/atau celana ketat, sehingga
muncullah pemandangan kepala tertutup, dada menonjol, pantat tercetak.
Kira-kira defenisi itu saya berikan setelah membaca beberapa artikel terkait
Jilboobs.
Ini
bukan hal baru, termasuk di aceh, yang notabenenya menerapkan syariat islam.
Sejak pertama sekali menginjakkan kaki di Banda Aceh tahun 2004, pemandangan
seperti ini sudah biasa kita temui, baik itu di jalan, tempat wisata, pasar,
bahkan di kampus. Bahkan, bukan hanya di banda aceh, tapi juga menjalar hingga
kepelosok gampong.
Fungsi
awalnya, Jilbab adalah untuk menutup aurat wanita bagian atas. Dengan jilboobs?
Kepala memang tertutup, tapi memberikan sensasi pada bagian bawah, nampaknya
tertutup, tapi nyatanya samar-samar, antara terbuka dan tertutup. Barangkali,
ini tantangan tersendiri bagi laki-laki, apalagi yang lajang dan belum terbiasa.
Dengan cara pandang positif, ini tantangan khusus keimanan lelaki lajang.
Para
Jilboobers ada yang secara sengaja memadukan jilbab dengan baju dan celana
ketat, ada juga yang sekedar mengikuti trend
fesyen, tanpa mengetahui dampaknya. Bagi yang sadar, tentunya memiliki bermacam
orientasi, bisa jadi sedang ada misi khusus, misalnya sedang mendekati atau
mencuri perhatian boy friend, sedang
melobi atasan, atau bahkan melobi dosen.
Bagi
yang tidak sengaja, Jilboobers jenis ini biasanya gadis-gadis gampong korban
iklan. Mereka tertarik menggunakan paduan pakaian para seleb, tanpa mengetahui
efeknya. Mereka secara tulus, tanpa tedeng aling-aling.
Apasalahnya
dengan Jilboobers? Tentunya masing-masing orang memiliki pandangan. Bisa setuju
boleh saja tidak. Dalam hal ini saya hanya mencoba capture fenomena sosial. Untuk kepentingan lain, menarik juga
misalnya dilanjutkan dengan pertanyaan kritis? Apakah Jilboobs ini linear
dengan kejahatan seksual? Pelecehan seksual?. Apakah Jilboobs berhubungan
dengan degradasi moral ?.
Tentu
masih banyak variannya bagi penikmat dan pemerhati sosial. Barangkali Jilboobs
ini menjadi genre tersendiri, perubahan sosial sulit sekali kita bendung,
apalagi dengan kekuatan Informasi dan Teknologi. Berbagai informasi tersaji
dalam wujud positif dan negatif begitu cepat hingga ke setiap gang.
Bagi
saudara, sahabat yang perempuan, terutama yang muda dan masih perawan,
pandai-pandailah mengambil kebijakan. Semua keputusan ditangan anda, tapi
jangan berikan kenikmatan (mata) gratis kepada lelaki, apalagi yang hidungnya
belang. Selanjutnya, terserah kalian, mau jadi Jilboober atau Jilbaber?
Selebihnya mari kita banyak-banyak mengingat Tuhan!!.[]
Fhoto : Int
Ladang
Teungoh, 08 Agustus 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar