Rabu, 06 Agustus 2014

Siapa dibalik mutasi?



Oleh : Alja Yusnadi

Akhir-akhir ini, hampir disetiap sudut kota, dusun di Aceh Selatan sedang heboh membicarakan mutasi guru. Ya, mutasi. Selama ini mutasi hanya terjadi dilevel pejabat struktural. Misalnya pergantian Kepala Dinas, Kepala bagian, Kepala Seksie, sampai eselon IV.

Tapi kali ini kepala pemerintahan Aceh Selatan memindah tempatkan tenaga pendidik, tenaga fungsional. Mungkin ini kali pertama dalam sejarah ke-guru-an di bumi penghasil pala ini. Tanggapan bisa apa saja, lain orang lain pula tanggapan. Tapi nampaknya kali ini banyak yang menjerit, terutama para guru.

Mutasi guru tidak lah salah, bukan barang haram. Jika mutasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan berkeadilan, itu adalah langkah berani oleh Pak Bupati. Dan patut kita apresiasi. Tapi jika mutasi untuk menuntaskan hasrat busuk tim sukses, maka harus kita luruskan.

Dari sekian banyak orang yang “ngomel” saya adalah salah satunya. Alasan pertama, sudah banyak guru yang entah secara sengaja atau tidak, bercerita seraya mengeluh kepada saya, kedua tentu saja hasil pengamatan saya yang tidak seberapamana.

Saya dengar penjelasan bupati, mutasi tersebut dilakukan untuk menutupi kekurangan guru di daerah Trumon, Trumon Timur, Trumon Tengah, Bakongan, Bakongan Timur, Kutabahagia. Berhenti pada alasan ini, saya sepakat dengan mutasi ini.

Masalahnya tidak berhenti, rupa-rupanya mutasi juga dialami oleh guru sertifikasi (fungsional) dipindahkan ke kantor UPTD Dinas Pendidikan (Struktural). Mutasi juga terjadi pada sekolah yang hanya memiliki satu guru bidang studi tertentu, setelah dimutasi, sekolah tersebut tidak memiliki guru bidang studi itu lagi. Ada juga yang awalnya Tenaga Tata Usaha (Struktural) dimutasi menjadi guru (fungsional).

Mutasi juga dialami oleh guru-guru yang sudah memasuki masa persiapan pensiun. Kalau sudah begini, saya tentu tidak setuju. Mutasi yang awalnya bertujuan untuk pemerataan guru, justru meng-obok-obok guru. Belum lagi guru yang berasal dari Labuhan Haji di pindahkan ke trumon.

Seharusnya, sebelum melakukan mutasi, Bupati melalui Dinas Pendidikan membentuk tim. Tim ini yang kemudian melakukan penilaian yang objektif, akurat, datanya harus aktual dan faktual, jangan data kadaluarsa, bisa overdosis jika diterapkan.

Dari beberapa pegawai Dinas Pendidikan merasa tidak tahu soal mutasi, para pengawas juga tidak tahu, kepala sekolah juga tidak dilibatkan. Lantas, siapakah yang bermain di balik mutasi ini?hantu tidak mungkin. Bupati sendiri pun tidak mungkin.

Ada yang menduga ini permainan tim sukses dengan pertimbangan like or dislike. Sejauh itukah?. Bisa iya bisa tidak. Oknum dinas pendidikan, tim sukses, dalam hal ini bupati dikerjain.

Saran saya bupati jangan sungkan untuk mengevaluasi kembali kebijakan ini, tidak keseluruhan, tapi sebagian yang keliru. Toh dalam SK juga disebutkan, akan ditinjau kembali apabila terdapat kekeliruan. So, jangan angkuh, jangan ragu, akui kesalahan, evaluasi staff, tim sukses bukan tuhan. jangan sampai bupati dijerumuskan...[]
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar