Sabtu, 09 Agustus 2014

Perempuan Kotak



Oleh: Alja Yusnadi


Jika ada pertanyaan dari Tuan Presiden atau Mr. sekjend PBB, siapa pihak yang paling dirugikan ketika konflik? Saya dengan lantang akan menjawab; PEREMPUAN!. Perempuan Kecil, perempuan besar, perempuan tua, dan perempuan sedang.


Kali ini kita bicara perempuan sedang. Kira-kira yang seumur Fathin, Marshanda, Cinta Laura, range nya yang sedang sekolahan. Ditahun 1998-2005 saya tidak bisa membayangkan berapa orang perempuan sedang menjadi korban.

Perempuan-perempuan sedang itu ada yang dibuai, di telantarkan, bahkan dibinasakan. Secara blak-balakan, cover salah satu majalah di Aceh saat itu menampilkan seorang perempuan sedang dikecup kening nya oleh pasukan BKO yang segera meninggalkan Aceh.

Entah berapa orang perempuan sedang Aceh yang telah di “rusak”. Modusnya bermacam ragam. Kebanyakan dari mereka yang dibuai dengan cinta. Mereka dijanjikan pernikahan dengan syarat harus menyerahkan keperawanan, jika yang sudah tidak perawan tentunya mau diajak berhubungan intim. Ujung-ujungnya, mereka dicampakkan.

Pernah, suatu ketika seorang kawan laki-laki main-main ke Pos pengamanan pasukan BKO, betapa terkejutnya, dia menyaksikan perempuan sedang yang juga kawan satu lokal sedang bugil telanjang dalam ruangan gelap seperti kotak. Setelah puas-puasan, beberapa lembar uang kertas diselipkan dikantong celana. Besok atau lusa sekolah seperti biasa. 

Celakanya, setelah masa tugas selesai, sang serdadu kembali kedaerah asal, tinggal lah perempuan penghuni kotak menangis, menyesali apa yang telah terjadi. beruntung bagi yang tak sempat kecolongan, mereka bisa menyembunyikan masa lalu. Kelak, dia akan bercocok tanam dengan orang lokal. Entah bagaimana perasaan sang suami, jika suatu nanti mengetahui.  Namun naas, bagi mereka yang kebablasan. Harus menanggu malu, tak ada pertanggung jawaban. 

Dilain cerita, seorang perempuan sedang pengedar barang terlarang, menjadi peramu saji, pemuas nafsu,  meregang nyawa diujung moncong senjata, gegara tak mau belanja. Ada lagi anak sekolah, entah apa modusnya, keluar-masuk kotak. Memberikan pelayanan. Ada juga yang dibinasakan, pasal pertanggungjawaban. 

Ini hanya 2, 3 cerita didepan mata. Masih banyak cerita-cerita lain yang lebih pilu. Mari kita doakan semoga perempuan terselamatkan. Jangan pernah terjebak dengan jebakan Bed Man. Cukup sudah perempuan muda menjadi penghuni kotak.

Konflik Aceh menyisakan banyak masalah. Yang terbesar masalah sosial. Satu diantaranya perempuan kotak. Celakanya lagi, mereka tidak menjadi objek Rehabilitasi MoU Helsinki, tidak dimasukkan katagori korban konflik. Sesungguhnya mereka lah perempuan kotak, korban konflik, korban perasan, korban segalanya...[]

Go Print, 10 Agustus 2014...
Fhoto: Int

Tidak ada komentar:

Posting Komentar