Oleh: Alja Yusnadi
Jika
ada pertanyaan dari Tuan Presiden atau Mr. sekjend PBB, siapa pihak yang paling
dirugikan ketika konflik? Saya dengan lantang akan menjawab; PEREMPUAN!.
Perempuan Kecil, perempuan besar, perempuan tua, dan perempuan sedang.
Kali
ini kita bicara perempuan sedang. Kira-kira yang seumur Fathin, Marshanda,
Cinta Laura, range nya yang sedang
sekolahan. Ditahun 1998-2005 saya tidak bisa membayangkan berapa orang
perempuan sedang menjadi korban.
Perempuan-perempuan
sedang itu ada yang dibuai, di telantarkan, bahkan dibinasakan. Secara blak-balakan,
cover salah satu majalah di Aceh saat itu menampilkan seorang perempuan sedang
dikecup kening nya oleh pasukan BKO yang segera meninggalkan Aceh.
Entah
berapa orang perempuan sedang Aceh yang telah di “rusak”. Modusnya bermacam
ragam. Kebanyakan dari mereka yang dibuai dengan cinta. Mereka dijanjikan
pernikahan dengan syarat harus menyerahkan keperawanan, jika yang sudah tidak
perawan tentunya mau diajak berhubungan intim. Ujung-ujungnya, mereka
dicampakkan.
Pernah,
suatu ketika seorang kawan laki-laki main-main ke Pos pengamanan pasukan BKO,
betapa terkejutnya, dia menyaksikan perempuan sedang yang juga kawan satu lokal
sedang bugil telanjang dalam ruangan gelap seperti kotak. Setelah puas-puasan,
beberapa lembar uang kertas diselipkan dikantong celana. Besok atau lusa
sekolah seperti biasa.
Celakanya,
setelah masa tugas selesai, sang serdadu kembali kedaerah asal, tinggal lah
perempuan penghuni kotak menangis, menyesali apa yang telah terjadi. beruntung
bagi yang tak sempat kecolongan, mereka bisa menyembunyikan masa lalu. Kelak,
dia akan bercocok tanam dengan orang lokal. Entah bagaimana perasaan sang
suami, jika suatu nanti mengetahui.
Namun naas, bagi mereka yang kebablasan. Harus menanggu malu, tak ada
pertanggung jawaban.
Dilain
cerita, seorang perempuan sedang pengedar barang terlarang, menjadi peramu
saji, pemuas nafsu, meregang nyawa
diujung moncong senjata, gegara tak mau belanja. Ada lagi anak sekolah, entah
apa modusnya, keluar-masuk kotak. Memberikan pelayanan. Ada juga yang
dibinasakan, pasal pertanggungjawaban.
Ini
hanya 2, 3 cerita didepan mata. Masih banyak cerita-cerita lain yang lebih
pilu. Mari kita doakan semoga perempuan terselamatkan. Jangan pernah terjebak
dengan jebakan Bed Man. Cukup sudah
perempuan muda menjadi penghuni kotak.
Konflik
Aceh menyisakan banyak masalah. Yang terbesar masalah sosial. Satu diantaranya
perempuan kotak. Celakanya lagi, mereka tidak menjadi objek Rehabilitasi MoU
Helsinki, tidak dimasukkan katagori korban konflik. Sesungguhnya mereka lah
perempuan kotak, korban konflik, korban perasan, korban segalanya...[]
Go Print, 10 Agustus 2014...
Fhoto: Int
Tidak ada komentar:
Posting Komentar