Oleh: Alja Yusnadi*
Pertama
sekali, saya ingin mengucapkan selamat kepada Presiden-wakil presiden terpilih
Republik Indonesia periode 2014-2019, Jokowidodo-Jusuf Kalla. Berbagai
peristiwa politik sejak masa pencalonan, kampanye hingga pasca pemilihan telah
kita lewati. Saya kira sangat banyak tenaga yang terkuras, baik materi maupun
imaterial. Apalagi untuk menangkal kampanye jahat yang dilancarkan pihak lawan.
Bahkan,
disaat KPU sudah menetapkan Jokowi-JK sebagai Capres-Cawapres terpilih,
kelompok garis keras masih saja menghembuskan kampanye gelap nan pekat. Tapi
hebatnya, para relawan dan pendukung di instruksikan untuk meninggalkan salam 2
jari, dan beralih ke salam 3 jari: Persatuan Indonesia.
Kemenangan
ini, mengisyaratkan kemenangan rakyat kebanyakan. Kemenangan ini bagaikan pohon
besar yang dibawahnya tempat banyak orang singgah dan menggantung harapan
hidup. Salah satunya adalah Aceh.
Secara
penduduk, aceh memang tidak seberapa dibandingkan dengan penduduk pulau Jawa,
Aceh hanya sebanding dengan 3-4 kabupaten di Jawa Tengah. Hal itu berbanding
lurus dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang tidak seberapa.
Waktu
pemilihan kemarin, Aceh juga tidak menjadi lumbung Jokowi-JK, padahal Jusuf
Kalla (JK) dua kali berkunjung ke Aceh. akan tetapi jika dibandingkan dengan
perolehan suara Jusuf Kalla pada tahun 2009 lalu, jelas terjadi kenaikan yang
sangat besar.
Sebenarnya,
Aceh memiliki kedekatan dengan JK. Saat jadi wapres, JK menjadi salah satu
tokoh kunci yang mempelopori perdamaian Aceh, sebagaimana kita tahu, Aceh telah
dilanda konflik lebih dari 30 tahun secara terus menerus. Pilpres 2009, SBY
berhasil meraup suara hingga 90 persen, pilpres 2014, Prabowo meraih sekitar 54
persen, sisanya untuk Jokowi-JK.
Pun
Demikian, sebagai salah satu tim Jokowi-JK di Aceh Selatan, saya berharap
banyak kepada presiden baru pilihan rakyat ini. Aceh bukan basis banteng, malah
Aceh merupakan daerah kering bagi partai pemenang pemilu legislatif ini. PDI
Perjuangan hanya mendapatkan 1 kursi dari 13 kursi DPR RI, bahkan untuk Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) kosong. Mungkin alasan ini linear dengan kalahnya
Jokowi-JK di Aceh.
Untuk
memperbaiki citra dan reputasi kepemimpinan Presiden Jokowi kedepan, saya
sangat berharap Aceh menjadi perhatian. Aceh masih menyisakan banyak pekerjaan
rumah bagi pemerintah SBY-Boediono belum
mampu menjawab, padahal mereka menang telak di Aceh.
Undang-undang
No. 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh masih menyisakan banyak masalah.
Beberapa Peraturan Pemerintah (PP) belum dikeluarkan oleh pemerintah pusat,
seperti PP Minyak dan gas, salah satu sektor andalan aceh adalah migas, walau
tak banyak, cukup untuk mengelola pemerintahan setelah bagi hasil dengan
pemerintah pusat.
Selanjutnya
PP tentang Kawasan Pelabuhan Sabang. Laut juga menjadi andalan bagi Aceh, tapi
sarana dan prasarananya belum menunjang, kami sangat berharap Pemerintah
kedepan dapat mencermatinya. Selanjutnya
PP tentang kewenangan Aceh dan Pusat juga perlu diperhatikan. PP tersebut
merupakan perintah undang-undang. Aceh tidak mendapatkanny dengan gratis. Ada
sejarah panjang, sampai pada akhirnya tercapai kesepakatan damai.
Sebagai
salah satu tim pemenangan Jokowi-JK, tentunya kendala besar yang kita hadapi
dilapangan adalah streotipe masyarakat terhadap Jokowi dan PDI Perjuangan masih
terlalu negatif. Hal yang sama jug saya alami sebagai anggota DPRK terpilih
dari PDI Perjuangn. Betapa besar energi yang kita habiskan untuk menjelaskan
kepada masyarakat.
Kemenangan
PDI Perjuangan di Pemilu Legislatif, kemenangan Jokowi-JK di Pemilu Presiden
merupakan harapan baru. Khusus bagi Aceh juga merupakan ajang pembuktian, apa
yang dituduhkan selama masa kampanye tidak benar.
Langkah-langkah
terobosan yang akan di ambil pemerintah baru kedepan dapat menyelamatkan kami
tim pemenangan di Provinsi Aceh dan kabupaten/kota, atau sebaliknya akan
stagnan. Jika kemungkinan pertama yang terjadi, PDI Perjuangan akan mendapatkan
tempat dihati rakyat Aceh, dan saya yakin akan menyongsong babak baru.
Seharusnya
harapan ini dapat kami sampaikan secara langsung, tapi sebagai tim pemenangan
yang berada jauh dari Jakarta, menulis surat seperti ini agak lebih mudah,
mudah-mudahan bapak membaca dan berkenan untuk menampungnya sebagai aspirasi
masyarakat aceh.
Sebagai
anggota DPRK Aceh Selatan periode 2014-2019 dari PDI Perjuangan, saya telah
menyampaikan apa yang menjadi ketakutan konstituen dan akan siap dengan segala
konsekwensi logisnya.
*Ketua BP Pilpres PDI Perjuangan Aceh Selatan, Juru
Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK Aceh Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar